Dehumanisasi
adalah sebuah proses menuju mentidakmanusiakan manusia. Dehumanisasi merupakan
anonim dari humanisasi, yaitu proses memanusiakan manusia. Mungkin kita sudah sering
sekali mendengar kata humanisasi akan tetapi kata dehumanisasi jarang sekali
kita dengar. Humanisasi banyak kita dengar ketika berbicara mengenai
pendidikan, agama, maupun ilmu-ilmu sosial. Pada tukisan ini, kita akan bersama
mengulas mengenai dehumanisasi itu sendiri khusunya pada kaum penindas. Mengapa
pada kaum penindas? Hal ini dikarenakan proses dehumanisasi pada kaum tertindas
yang merupakan antitesesa dari kaum tertuindas sudah banyak kita ketahui.
Penindasan, penghisapan, pengkebirian hak-hak, pembatasan kebebasan merupakan
bentuk dari proses dehumanisasi yang dialami oleh kaum tertindas. Bentuk-bentuk
tersebut sudah banyak kita ketahui di sekitar kita. Lantas bagaimana bentuk
dehumanisasi pada kaum penindas? Jawaban dari pertanyaan inilah yang akan kita
ulas bersama pada tulisan ini.
Senin, 24 Februari 2014
Minggu, 23 Februari 2014
Modernisasi dan Westernisasi, Samakah???
Dua istilah di atas bukanlah istilah
yang asing lagi bagi kita semua. Baik dari buku, surat kabar, televisi, radio,
maupun artikel-artikel yang ada di internet kita mengetahui dua istilah di
atas. Modernisasi dan westernisasi memang dua istilah yang banyak sekali
diperbincangkan di era globalisasi yang katanya serba modern ini.
Perbincangan-perbincangan yang ada kebanyakan membicarakan hubungan, perbedaan
maupun persamaan dari kedua istilah tersebut. Modernisasi dan westernisasi
menjadi sesuatu yang harus kita perhatikan karena kedua istilah ini merupakan
hal-hal yang belakangan ini menjadi sebuah tren bagi sebagian masyarakat kita.
Kedua istilah ini juga sudah banyak mempengaruhi gaya hidup maupun pola pikir
sebagian masyarakat kita. Sesuai dengan judul tulisan ini, maka fokus dari
tulisan ini adalah apakah modernisasi dan westernisasi adalah dua hal yang
sama, atau dua hal yang berbeda?
Selasa, 11 Februari 2014
Filosofi Semar I “Urip iku Urup”
Mungkin
tulisan saya kali berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya karena tulisan
saya kali ini merupakan tulisan-tulisan pendek yang merupakan bagian dari
tulisan-tulisan saya selanjutnya. Sebenarnya tulisan ini merupakan bentuk review dari sebuah buku karya Deny
Hermawan yang berjudul “Semar & Kentut Kesayangannya”. Sesuai judulnya,
buku ini tentu saja mengulas dan membahas mengenai semar dan segudang
filosofinya. Akan tetapi pada tulisan ini saya tidak akan membahas mengenai
semar, tetapi pada tulisan ini saya akan membahas mengenai filosofi semar yang
ada dalam buku karangan Deny Hermawan tersebut. Sebenarnya dalam buku tersebut,
penulis mengemukakan 10 filosofi semar yang dapat kita pelajari. Karena sangat
tidak enak jika mengulas semuanya secara bersamaan dalam satu tulisan, saya
akan menulisnya satu per satu secara berkala.
Langganan:
Postingan (Atom)