Kamis,
1 Mei 2014 kembali seluruh Dunia khususnya para buruh merayakan Hari Buruh
Internasional yang biasa kita sebut dengan May Day. Tanggal yang memperingati
perjuangan buruh pabrik di California, Amerika dalam menuntut pengurangan jam
kerja ini kembali dirayakan dengan riang gembira dan penuh dengan aroma
perjuangan kaum buruh. Bukan hanya di Indonesia, di beberapa Negara May Day
juga diperingati oleh para buruh dengan cara mereka masing-masing. Di Indonesia,
ribuan buruh dari pelosok Jawa Timur berkumpul di Surabaya untuk merayakan May
Day. Mereka melakukan aksi dengan berjalan dari Jalan Basuki Rahmat hingga ke gedung
Grahadi di Jalan Pemuda.
“May
Day bukan hanya sekadar momentum bagi kita untuk memperingati perjuangan
saudar-saudara kita, tetapi May Day adalah pertanda bahwa perjuangan kita masih
belum selesai”. Begitulah salah satu kalimat yang dilontarkan oleh salah satu
orator dari Serikat Buruh Kerakyatan (SBK) daalam aksi siang tadi. Memang benar
apa yang dikatakan oleh kawan dari SBK tersbut. Perjuangan buruh dalam menuntut
hidup layak masih harus berlanjut. May day bukanlah ajang bagi buruh untuk
berpesta seperti merayakan hari ulang tahun. Akan tetapi May Day adalah sebuah
refleksi bagi seluruh buruh di Dunia untuk selalu berjuang melawan ketidak
adilan dan penjajahan bahkan penghisapan terhadap tenaga mereka. May Day
merupakan momentum sakral bagi setiap buruh untuk melanjutkan apa yang mereka
perjuangkan atau memulai kembali perjuangan yang mereka tinggalkan serta
memulai perjuangan yang belum pernah dilakukan.
Tuntutan
buruh dalam May Day tahun ini adalah menuntut agar Marsinah dberikan gelar
sebagai Pahlawan Buruh Indonesia. Selain itu tuntutan-tuntutan seperti
tunjangan bagi seluruh buruh, cabut outsorcing, pendidikan dan kesehatan gratis
juga masih menjadi tuntutan buruh. Akan tetapi yang menjadi tuntutan utama
dalam May Day 2014 adalah tuntutan agar Marsinah dinobatkan sebagai pahlawan
buruh Indonesia. Mengapa Marsinah? Marsinah adalah seorang buruh pabrik di
Sidoarjo yang tewas secara misterius setelah melakukan demonstrasi atas ketidak
adlilan yang diterima olehnya serta teman-temannya. Marsinah meninggal dengan
luka seriaus dikemaluannya. Diduga Marsinah tewas dibunuh oleh aparat yang
disewa pabrik. Ada juga yang mengatakan bahwa Marsinah tewas terkena Petrus
Orde Baru.
Dugaan-dugaan
di atas muncul karena Marrsinah dianggap sebagai pemantik perjuangan kaum buruh
yang saat itu (Orde Baru) mati suri. Paska runtuhnya Orde Baru, memang
gerakan-gerakan buruh dibumi hanguskan karena dianggap sebagai antek-antek PkI.
Hadirnya Marsinah beserta teman-temannya yang saat ini dikenal dengan kelompok
22 tersebut tentu saja sangat mengancam kekuasaan Orde Baru saat itu. Tewasnya Marsinah
dalam memperjuangkan nasib rekan-rekannya tersebut merupakan momentum
bangkitnya gerakan buruh pada era Orde Baru. Jika ditelusuri kebelakang, hampir
semua organisasi gerakan buruh termotivasi oleh gerakan marsinah 21 tahun lalu.
Oleh karena begitu besarnya jasa Marsinah ini, serikat-serikat buruh memutuskan
untuk meminta pada Negara agar Marsinah diberi gelar sebagai Pahlawan Buruh
Indonesia. Memang gelar tersebut sangat tidak berlebihan jika melihat dari
hasil perjuangannya dulu. Gerakan burh yang mati suri dapat bangkit hingga
saat ini salah satu penyebabnya adlah
perjuangan yang dilakukan oleh Marsinah. Oleh karena itu dengan hormat kami
seluruh rakyat Indonesia yang peduli terhadap kesejahteraan rakyat meminta agar
Negara memberikan gelar Pahlawan Buruh Indonesia kepada Marsinah atas semua
jasa-jasanya.
MARSINAH, PERJUANGANMU AKAN KAMI
LANJUTKAN!!!!
BURUH BERKUASA !!!!
RAKYAT SEJAHTERA !!!!
Semoga bermanfaat...
MERDEKA !!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar