Rabu, 10 September 2014

Koalisi Permanen???


                Walaupun sudah selesai, tapi Pemilu tahun 2014 masih banyak meninggalkan cerita yang dapat kita maknai baik sebagai pelajaran, bahan diskusi, hingga guyonan-guyonan. Dari sekian banyak dan panjangnya cerita tentang Pemilu 2014 ini, ada satu momen yang membuat saya terkesan hingga ingin untuk membahasnya dalam tulisan ini.
                Dalam Pemilu, koalisi adalah hal yang biasa terjadi. Seperti halnya Pemilu pada tahun-tahun sebelumnya, koalisi selalu mewarnai kompetisi untuk menjadi yang nomor satu di Negeri ini.
Bukan hanya sekadar subjek yang terlibat dalam koalisi yang membuat hal ini menarik, akan tetapi proses terbentuknya koalisi juga sangat menarik untuk diikuti. Dalam membentuk sebuah koalisi, ada beberapa hal yang menjadi takarannya. Mulai dari kesamaan pandangan politik, kedekatan sejarah, hingga kesamaan kepentingan merupakan beberpa takaran yang digunakan oleh sebuah Parpol dalam membentuk koalisi. Pemilu 2009 yang lalu berhasil membentuk 2 koalisi besar yang akhirnya dimenangkan oleh koalisi pimpinan Partai Demokrat. Selain menguasai lembaga Eksekutif koalisi ini juga sangat nyaman menguasai lembaga legislatif dengan menjadi mayoritas.
                Pada Pemilu tahun ini, 2 koalisi besar juga terbentuk. Koalisi poros Gerindra yang menguasai Parlemen dan poros PDIP yang menjadi minoritas di parlemen saling berkompetisi untuk mendapatkan kursi RI 1. Berbekal perolehan suara pada Pemilu legislatif, Parpol-parpol ini saling mencari kawan yang mau di ajak bekerja sama. Sama-sama mengusung misi koalisi tanpa syarat, kedua koalisi ini cukup sengit dalam berkompetisi. Dengan mengesampingkan kompetisi kedua koalisi tersebut, ada hal yang bebeda dari catatan sejarah koalisi pada pemilu di Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam Pemilu di Indonesia, beberapa Parpol yang berkoalisi sepakat untuk mempermanenkan koalisinya. Mereka saling berikrar untuk tetap bersama dalam satu barisan apapun hasil Pemilu Presiden. Koalisi permanen yang diusung poros Gerindra inipun mereka beri nama koalisi Merah Putih.
Bukan bermaksud untuk merendahkan koalisi Merah Putih, saya agak merasa aneh dengan tindakan yang  dilakukan oleh koalisi ini. Mengapa aneh? Tentu saja kita semua tahu bahwa tidak ada kawan dan musuh ang abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Pemahaman yang seperti ini memang bukan hanya sekadar teori belaka, tetapi pemahaman ini sudah dibuktikan pada Pemilu-pemilu sebelumnya. Pada 2004, Golkar dengan rela hati bergabung dengan koalisi Pemerintah setelah pasangan calon yang diusungnya kalah dalam Pemilu Presiden. Selain tindakan Golkar pada 2004, secara logika memang pemahaman ini benar.
Setiap Partai Politik pasti memiliki azas dan azas perjuangan yang berbeda-beda. Artinya adalah setiap Partai Politik mempunyai ideologi dan cara memperjuangkan ideologi mereka sendiri-sendiri. Secara sederhana perbedaan tersebut dapat dilkihat dari Nama maupun lambang Parpol yang ada. Dengan kedua takaran ini saja, akan membuat pandangan dan cara berpolitik mereka berbeda. Lantas, mengapa ada koalisi? Koalisi dalam kinteks ini yang diartikan sebagai kerja sama antar Parpol untuk mewujudkan kepentingan mereka atau untuk menang dalam Pemilu memang dibutuhkan sebagai kendaraan. Dengan berkoalisi, Papol bisa menutupi kekurangannya dan mengkonkritkan barisan untuk menang.
Hal yang membuat saya terkesan darii koalisi Merah Putih adalah sifatnya yang permanen. Dengan mempermanenkan diri, mereka telah berjanji untuk selalu bekerja sama dalam pemilu. Dengan kata lain, mereka akan selalu bekerja sama untuk mewujudkan tujuan koalisi yang telah dibentuk. Mengapa saya terkesan? Berbekal pemahaman bahwa tidak ada kawan dan musuh yang abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi, maka koalisi permanen adalah hal yang lucu. Mengapa lucu? Karena koalisi permanen akan mengikat mereka untuk selalu mempunyai kepentingan yang sama. Sementara mereka memiliki latar belakang dan ideolagi yang berbeda-beda seperti yang sudah saya ungkapkan di atas.
Mungkin mereka bermaksud untuk mengesampingkan kepentingan Parpol masing-masing dan mengutamakan kepentingan Bangsa ini. Karena dengan selalu bersama dalam satu barisan mereka dapat menjaga stabilitas politik Bnagsa ini. Persatuan dan kesatuan Parpol memang sangat baik untuk perkembangan Bangsa ini karena mereka akan saling mengkoreksi dan koreksi akan lebih mudah jika mereka terikat dalam norma yang sama. Tapi hal yang lucu dari semua itu adalah mengapa mereka tidak fusi saja. Mengapa Parpol yang terlibat dalam koalisi permanen tidak melebur menjadi satu Parpol saja. Bukankah tujuan mereka adalah untuk bersatu dalam membangun Bangsa dan Negara ini?
Bukan bermaksud untuk mengkerdilkan kearifan mereka dalam membentuk koalisi permanen ini, tapi menurut saya koalisi permanen adalah hal yang sangat tanggung. Seharusnya mereka melebur saja menjadi satu Parpol.  Toh sama saja kan. Selamanya mereka tidak akan berbeda pandangan tentang sikap-sikap politik karena sudah berikrar untuk berkoalisi secara permanen. Bukankah lebih efisien jika dalam satu Parpol.
Kalau boleh memberi saran kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang ada dalam Parpol koalisi permanen, saya rasa sampean-sampean fusi saja biar lebih konkrit. Karena kalau sampean masih memakai baju yang berebeda, ego kepartaian masih sangat kental. Akan ada yang merasa mendominasi dan didominasi. Jangan lupa juga kalau ideologi dan taktik perjuangan sampean-sampean itu berbeda. Walaupun diikat oleh norma yang diciptakan oleh koalisi, tetapi perbadaan dasar pikiran tiap partai yang berbeda akan merepotkan kerja sampean-sampean dalam mewujudkan tujuan koalisi. Lebih baik satu Partai, satu komando, satu tujuan. Saya bukan pendukung pendukung siapa-siapa, saya hanya mencoba untuk berbicara objektif sebagai rakyat biasa. Mau percaya ya monggo mau tidak percaya ya ra popo J
Semoga Bermanfaat....

MERDEKA !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar