Marhaen, marhaenis, dan
marhaenisme mungkin bukan kata-kata yang asing bagi kita. Namun jika anda belum
pernah mendengarnya atau sudah pernah mendengar tetapi tidak tahu artinya,
dalam tulisan ini saya akan berbagi dengan anda. Menurut Cindy Adams dalam bukunya
yang berjudul ”Penyambung Lidah Rakyat” ketiga
kata tersebut dicetuskan oleh Bung Karno ketika beliau sedang mengadakan study
di Bandung. Bung Karno melihat seorang petani yang bernama Pak Marhaen. Pak
Marhaen adlah seorang petani yang memiliki alat-alat produksi seperti cangkul,
tanah, dan alat-alat pertanian lainnya. Namun, Pak Marhaen masih belum bisa
mensejahterakan keluarganya. Dan kehidupannya pun bisa dikatakan miskin atau
melarat.
Setelah
pertemuannya dengan Pak Marhaen, Bung Karno menyimpulkan bahwa di Indonesia ada
sebuah kelas sosial, yaitu kaum marhaen. Marhaen adlah kaum buruh, petani,
rakyat miskin kota dan kaum melarat dan miskin lainnya yang terjerat oleh
sistem yang ada. Kata marhaen tentu saja di ambil dari nama petani yang saya
sebutkan tadi. Sedangkan maehaenisme adlah sebuah paham dan cara untuk berjuang
dalam memperjuangkan hak-hak kaum marhaen denagn cara menghilangkan kapitalisme
dan imperialisme. Dan marhaenis tentu saja adlah orang-orang yang menjalankan
marhaenisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya.