Marhaen, Marhaenisme, dan Marhaenis, dari Indonesia Karya Asli Putra Bangsa

                        Marhaen, marhaenis, dan marhaenisme mungkin bukan kata-kata yang asing bagi kita. Namun jika anda belum pernah mendengarnya atau sudah pernah mendengar tetapi tidak tahu artinya, dalam tulisan ini saya akan berbagi dengan anda. Menurut Cindy Adams dalam bukunya yang berjudul ”Penyambung Lidah Rakyat” ketiga kata tersebut dicetuskan oleh Bung Karno ketika beliau sedang mengadakan study di Bandung. Bung Karno melihat seorang petani yang bernama Pak Marhaen. Pak Marhaen adlah seorang petani yang memiliki alat-alat produksi seperti cangkul, tanah, dan alat-alat pertanian lainnya. Namun, Pak Marhaen masih belum bisa mensejahterakan keluarganya. Dan kehidupannya pun bisa dikatakan miskin atau melarat.

                Setelah pertemuannya dengan Pak Marhaen, Bung Karno menyimpulkan bahwa di Indonesia ada sebuah kelas sosial, yaitu kaum marhaen. Marhaen adlah kaum buruh, petani, rakyat miskin kota dan kaum melarat dan miskin lainnya yang terjerat oleh sistem yang ada. Kata marhaen tentu saja di ambil dari nama petani yang saya sebutkan tadi. Sedangkan maehaenisme adlah sebuah paham dan cara untuk berjuang dalam memperjuangkan hak-hak kaum marhaen denagn cara menghilangkan kapitalisme dan imperialisme. Dan marhaenis tentu saja adlah orang-orang yang menjalankan marhaenisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya.

               
Dari pengertian di atas, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut di atas bukanlah buah pemikiran asli dari Bung Karno. Bung karno di anggap meniru buah pikiran dari Karl Marx dan hanya mengganti istilah proletar menjadi marhaen. Apa benar demikian? Untuk menjawabnya, tentu saja kita harus mngetahui dulu apa itu proletar. Proletar adalah kaum buruh industri yang terjerat oleh kapitalisme dan imperialisme yang ada. Proletar muncul karena adanya kemiskinan dan kemelaratan yang dialami oleh kaum buruh industri yang ada di Uni Soviet dan negara-negara Eropa lainnya.

                Dari pengertia proletar sendiri, kita bisa melihat perbedaan-perbedaan antara kaum marhaen dan kaum proletar. Pertama, yang dikatakan kaum proletar hanyalah kaum buruh saja. Sedangkan marhaen terdiri dari buruh pabrik, petani, dan rakyat miskin kota lainnya. Kedua adalah mengenai alat produksi. Jika proletar tidak memiliki alat-alat produksi selain tenaganya saja,  bebeda dengan marhaen yang masih memilki alat-alat produksi bukan hanya tenaga saja. Kadua hal tersebut sudah cukup membuktikan bahwa marhaen dan proletar berbeda. Namun, keduanya sama-sama tertindas oleh kapitalisme dan imperialisme. Dan kaum proletar adalah bagian dari kaum marhaen yang disebutkan oleh Bung Karno.

                Denagn demikian kita bisa mengatakan bahwa marhaen adlah benar-benar hasil pemikiran Bung Karno yang digali dari kehidupan Bangsa Indonesia. Meskipun tidak bisa kita pungkiri jiak pemikiran Bung Karno tersebut dipengaruhi oleh pemikiran dari Karl Marx. Bung Karno mengambil gaya berpikir Marx yang dipadukan dengan nilai-nilai luhur Bangsa ini. Itulah kehebatan Bung Karno yang harus kita contoh sebagai generasi penerusnya. Kita boleh mengambil gay pemikiran orang lain, tetapi kita tidak boleh menelan mentah-mentah. Kita harus menyaringnya dulu dengan budaya Bangsa kita sendiri, yaitu Pancasila. Semoga bermanfaat.

MERDEKA !!!!!!