Politik adalah cara yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan kekuasaan
sehingga memenuhi keinginannya dengan menggunakan orang atau kelompok lain. Manusia
dan politik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti yang diungkapkan
filsuf Yunani Aritotheles “manusia adalah
zoon politicon” yang artinya bahwa manusia adalah makhluk politik. Hal ini
karena dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, manusia selalu berpolitik.
Contoh yang paling sederhana adalah ketika seorang ibu-ibu sedang menawar
barang di pasar. Saat menawar barang, ini menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut
sedang berpolitik. Karena ibu-ibu tersebut mempengaruhi penjual agar mau
menuruti keinginannya, sehingga kepentingan dari ibu tersebut dapat tercapai.
Seperti
yang telah dijelaskan di atas, bahwa semua manusia tanpa terkecuali
anak-anakpun adalah makhluk politik. Sehingga harus mendapat pendidikan politik
agar dalam berpolitik tidak terjadi kesalahan. Selama ini pendidikan politik
hanya diberikan kepada manusia remaja-sampai dewasa saja. Lantas bagaimana
dengan anak-anak? Karena anak-anak juga berhak untuk mendapat pedidikan
politik. Pendidikan politik sangat penting diberikan kepada anak-anak. Hal ini
sangat penting untuk merubah paradigma masyarakat bahwa politik itu jahat dan
buruk. Tidak bisa kita pungkiri bahwa banyak sekali remaja maupun orang dewasa
yang apatis terhadap politik. Mereka menganggap bahwa politik dan orang yang
berpolitik pasti akan menjadi orang-orang yang pembohong.
Salah satu
cara ialah memasukan nilai-nilai dari politik itu sendiri kedalam pelajaran
yang diterima anak-anak tersebut baik dilingkungan formal maupun informal. Jika
kita bicara tentang nilai-nilai politik, tentu saja sangat banyak yang kita
bisa dapatkan. Salah satu yang paling pas adalah nilai persaingan. Nilai
persaingan sangat erat hubungannya dengan politik. Karena politik bicara
tentang mendapatkan kekuasaan, dan tentu saja banyak pihak dengan kepentingan lain yang ingin mendapatkan
kekuasaan tersebut sehingga pasti ada persaingan dalam memeperebutkannya. Dan
nilai persaingan cocok untuk anak-anak karena mereka suka sekali bermain,
khususnya yang berkompetisi. Dalam kurikulum pendidikan anak-anak juga tidak
lepas dengan permainan. Disinilah nilai persaingan tersebut diselipkan. Seorang
guru ataupun orang tua harus menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa sebuah
persaingan itu wajar. Setiap permainan selalu ada persaingan untuk mendapatkan
kemenangan. Namun, dalam bersaing harus menjunjung nilai-nilai kejujuran, fair play, dan rasa toleransi.
Seandainya
setiap anak di negeri ini diajarkan nilai-nilai seperti itu, ketika mereka
benar-benar menjalankan politik praktis nilai-nilai tersebut akan tetap dibawa
dan diimplementasikan. Sehingga kondisi politik di negeri ini tidak akan
seperti ini lagi. Karena buruknya citra politik maupun politisi disebabkan oleh
penggunaan cara yang salah dalam mendapatkan kekuasaan. Money politic, saling black
list menjadi budaya bagi politisi kita. Dan lebih parahnya lagi, ketika
mereka sudah mendapatkan kekuasaan tersebut mereka malah manyalahgunakan dengan
melakukan koropsi, kolusi, dan nepotisme.
Maka
dari itu, pemerintah dan parpol harus benar-benar serius untuk melakukan
pendidikan politik. Bukan hanya saat mendekati pemilu saja, melainkan harus
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dari anak-anak hingga dewasa.
Karena sangat sulit untuk merubah paradigma buruk dan keapatisan orang-orang
dewasa dan tua terhadap politik, paling tidak kita bisa menyelamatkan anak-anak
yang akan menjadi pewaris kepemimpinan bangsa ini dalam berpolitik. Sehingga
bangsa ini menjadi lebih baik.
Semoga bermanfaat....
MERDEKA !!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar