Kamis, 21 Februari 2013

Marhaen, Marhaenisme, dan Marhaenis, dari Indonesia Karya Asli Putra Bangsa



                        Marhaen, marhaenis, dan marhaenisme mungkin bukan kata-kata yang asing bagi kita. Namun jika anda belum pernah mendengarnya atau sudah pernah mendengar tetapi tidak tahu artinya, dalam tulisan ini saya akan berbagi dengan anda. Menurut Cindy Adams dalam bukunya yang berjudul ”Penyambung Lidah Rakyat” ketiga kata tersebut dicetuskan oleh Bung Karno ketika beliau sedang mengadakan study di Bandung. Bung Karno melihat seorang petani yang bernama Pak Marhaen. Pak Marhaen adlah seorang petani yang memiliki alat-alat produksi seperti cangkul, tanah, dan alat-alat pertanian lainnya. Namun, Pak Marhaen masih belum bisa mensejahterakan keluarganya. Dan kehidupannya pun bisa dikatakan miskin atau melarat.
                Setelah pertemuannya dengan Pak Marhaen, Bung Karno menyimpulkan bahwa di Indonesia ada sebuah kelas sosial, yaitu kaum marhaen. Marhaen adlah kaum buruh, petani, rakyat miskin kota dan kaum melarat dan miskin lainnya yang terjerat oleh sistem yang ada. Kata marhaen tentu saja di ambil dari nama petani yang saya sebutkan tadi. Sedangkan maehaenisme adlah sebuah paham dan cara untuk berjuang dalam memperjuangkan hak-hak kaum marhaen denagn cara menghilangkan kapitalisme dan imperialisme. Dan marhaenis tentu saja adlah orang-orang yang menjalankan marhaenisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya.
               

Senin, 18 Februari 2013

Serikat Buruh sebagai Pembawa Panji-Panji Perjuangan Marhaen Melawan Kapitalisme dan Imperialisme



 Telah kita ketahui bersama bahwa dalam kaum marhaen, buruh merupakan salah satunya. Dalam tulisan ini saya akan menulis tentang mengapa buruh harus berserikat? Mengapa buruh begitu penting peranannya dalam perjungan melawan kapitalisme dan imperialisme? Dan pandangan kita yang seharusnya terhadap kaum buruh?
                Pertama, saya akan menjawab pertanyaan mengapa buruh harus berserikat? Dalam kehidupan di negara manapun baik itu negara yang berkembang maupun yang sudah maju, jumlah dari kaum buruh tidaklah sedikit. Mereka hampir mendominasi masyarakat kelas menengah kebawah. Tidak terkecuali di Indonesia kita tercinta ini. Jumlah kaum buruh mungkin mencapai 50% dari jumlah penduduk negara kita. Dengan jumlah sebesar itu, alangkah baiknya jika mereka berkumpul dan bersatu dalam satu wadah, dalam satu barisan, dalam satu serikat, yaitu serikat buruh. Dari penjelasan tersebut, akan muncul lagi pertanyaan untuk apa mereka berserikat? Ya tentu saja untuk meperjuangkan hak-hak mereka yang kian hari kian terampas dan terjerat karena kian maraknya kapitalisme di Bumi Pertiwi. Jika mereka memperjuangkan hak-hak mereka sendiri-sendiri kan sangat tidak efisien. Tapi ketika kaum buruh ini bersatu dalam satu bendera, dalam satu barisan, dalam satu rasa, dalam satu tujuan, dalam satu serikat, yaitu serikat buruh Indonesia alangkah bergetarnya hati para kapitalis, alangkah takutnya mereka menghadapi gelombang ini.
               

Selasa, 12 Februari 2013

Pendidikan Politik untuk Anak



             Politik adalah cara yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan kekuasaan sehingga memenuhi keinginannya dengan menggunakan orang atau kelompok lain. Manusia dan politik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti yang diungkapkan filsuf Yunani Aritotheles “manusia adalah zoon politicon” yang artinya bahwa manusia adalah makhluk politik. Hal ini karena dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, manusia selalu berpolitik. Contoh yang paling sederhana adalah ketika seorang ibu-ibu sedang menawar barang di pasar. Saat menawar barang, ini menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut sedang berpolitik. Karena ibu-ibu tersebut mempengaruhi penjual agar mau menuruti keinginannya, sehingga kepentingan dari ibu tersebut dapat tercapai.
                Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa semua manusia tanpa terkecuali anak-anakpun adalah makhluk politik. Sehingga harus mendapat pendidikan politik agar dalam berpolitik tidak terjadi kesalahan. Selama ini pendidikan politik hanya diberikan kepada manusia remaja-sampai dewasa saja. Lantas bagaimana dengan anak-anak? Karena anak-anak juga berhak untuk mendapat pedidikan politik. Pendidikan politik sangat penting diberikan kepada anak-anak. Hal ini sangat penting untuk merubah paradigma masyarakat bahwa politik itu jahat dan buruk. Tidak bisa kita pungkiri bahwa banyak sekali remaja maupun orang dewasa yang apatis terhadap politik. Mereka menganggap bahwa politik dan orang yang berpolitik pasti akan menjadi orang-orang yang pembohong.