Minggu, 05 Oktober 2014

Tipe Birokrasi dan Reformasi Administrasi Negara di Indonesia

Birokrasi merupakann sebuah entitas pada sebuah negara. Secara etimologi, birokrasi merupakan berasal dari kata biro yang berarti meja dan kratein yang berarti pemerintah. Jika disintesakan, maka birokrasi memiliki pengertian sebuah pemerintahan yang dijalankan dari balik meja. Artinyaa adalah dalam birokrasi semua dikendalikan oleh orang-orang yang bekerja di meja masing-masing. Menurut Michael G. Roskin, pengertian birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pembuat keputusan (decision makers). Birokrsi juga memiliki beberapa tipe. Berikut merupakan tipe-tipe birokrasi yang dilihat dari berbagai perspektif:

1.      Perspektif Sumber Otoritas
a.    Birokrasi Tradisional
b.    Birokrasi Karismatik
c.    Birokrasi Legal-Rasional
2.      Perspektif Derajat keterbukaan
Derajat keterbukaan birokrasi dapat dilihat dari aksesibilitas masyarakat untuk berhubungan dengan birokrasi, luasnya pelaksanaan recruitment, kebebasan kelompok lain untuk memasuki jajaran eselon birokrasi untuk mendistribusikan kekuasaanya pada kelompok lain. Klasifikasi ini sangatlah relevan dengan reformasi administrasi. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat keseringan birokrasi melakukan kontak dan transaksi dengan masyarakat luas, sehingga akan tampak derajat kepekaan birokrasi terhadap perubahan yang terjadi yang mana umumnya terjadi di kebanyakan negara yang sedang berkembang.
Perspektif Derajat keterbukaan (menurut Hahn Been Lee), dibagi menjadi :
a.    Birokrasi Terbuka
Ditandai dengan adanya pola recruitment yang relatif fleksibel atau bahkan tidak ada pola recruitment sama sekali. Semua orang tanpa terkecuali, dipandang dapat memenuhi syarat untuk menjadi anggota birokrasi. Kualifikasi untuk menduduki suatu jabatan birokrasi seperti tingkat pendidikan, tidaklah dituntutdengan ketat. Antara pemerintah dan perusahaan industri sering dilakukan saling tukar dan kontak.
Parpol pada birokrasi ini sangatlah berkuasa dan pengaruhnya bersifat langsung terhadap birokrasi. Berlakunya sistem spoil pada semua birokrasi. Birokrasi menjadi semakin terpolitisasi karena sering terjadi pengaruh dan intervensi dari legislatif dan partai terhadap birokrasi. Pamong praja dalam hal ini hanya sekedar kelompok elite dalam masyarakat, sedangkan kelompok swasta sangat kuat, baik dalam bidang bisnis maupun bidang pendidikan. Mudahnya keluar masuk dalam birokrasi , karena pintu masuk dan keluar dari jajaran birokrasi terbuka lebar.
Contoh dari birokrasi ini (menurut Siagian;1967) yaitu : Indonesia dibawah pimpinan Soekarno dan Filipina di bawah pimpinan Raymond Magsaysay.
b.    Birokrasi Tertutup
Ditandai dengan adanya ciri yang sangat elitis dikalangan birokrasi dan menjadi kelas yang memiliki hak privelese tertentu. Untuk bisa menjadi anggota birokrasi harus melalui ujian pamong praja yang dikaitkan dengan lamanya kuliah di perguruan tinggi. Sekali seseorang menjadi pamong praja, maka pelayanan terhadap birokrat akan dijamin terus tanpa harus melakukan kegiatan dengan masyarakat luas. Terjadi rotasi antar bagian namun tidak diikuti dengan pemberian fasilitas. Kesetiaannya hanya pada pekerjaanya. Moral mereka tinggi namun orientasinya sempit. Keunggulan pun diutamakan pada fase pertama masuk jajaran birokrasi, tapi fase berikutnya aturan senioritaslah yang diutamakan dan diberlakukan. Para anggota birokrasi sering curiga pada kelompok lain seperti perguruan tinggi, pers, militer, usahawan, dll. Jadi jika terdapat perubahan sosial yang mengakibatkan kelompok lain berkuasa birokrasi akan menentangnya dan menghalanginya dalam melakukan kegiatan politik. Sehingga kelompok lain tidak bisa maju dan menentang birokrasi.
Contoh birokrasi ini banyak dijumpai di negara-negara bekas jajahan inggris, atau menganut paham inggris. Misal klasiknya India dan Pakistan.
c.    Birokrasi Campuran
Tipe birokrasi ini merupakan hasil kontak yang sangat terbatas antara birokrasi dengan masyarakat. Hal ini berawal dengan masuknya individu ke dalam jajaran birokrasi pemerintahan guna mengurangi kelemahan birokrasi, seperti kekurangmampuan birokrasi (lama) untuk membuat perencanaan, statistik, industrialisasi,dll. Posisi tersebut diharuskan untuk diisi dan ditempati oleh orang-orang yang ahli dalam birokrasi, yang memungkinkan proses recruitment agak bersifat fleksibel, yang sebenarnya tidak terjadi pada birokrasi tertutup. Hal ini pun bersifat parsial, dan secara subtantif tidaklah mengubah corak dan warna birokrasi secara keseluruhan.
Perubahan besar-besaran dalam birokrasi hanya akan terjadi jika terdapat perubahan sosial politik yang mendasar seperti perang, revolusi, coup d’etat. Dan sebagai akibatnya birokrasi pun mengalami perkembangan dalam bentuk menerima masukan besar-besaran dari kelompok sosial lain, misal dari golongan intelektual mahasiswa dan militer sebagai motor penggeraknya. Birokrasi ini pun sering terdapat pada negara yang sedang berkembang yang berbentuk aliansi sipil dan militer.
Pada birokrasi ini perlu dilakukan perbaikan yang mendasar terhadap prosedur dan tata cara recruitment dan promosi yang disesuaikan dengan tuntutan baru, meskipun hal tersebut mempunyai kecenderungan menghantam tatanan birokrasi yang relatif sudah mapan, lama kelamaan akan menjadi harmonis. Contoh birokrasi ini (menurut Bent;1969) Korea, Thailand, dan Turki pada masa tahun 1970-an.

  • Tipe Birokrasi di Indonesia
Bisa dikatakan tipe birokrasi di Indonesia agak aneh. Disatu sisi seperti tipe birokrasi terbuka dan di sisi lain seperti birokrasi tertutup. Birokrasi Indonesia bertipe terbuka pada jabatan-jabatan puncak atau pimpinan-pimpinan dari birokrasi tersebut. Untuk menjadi pimpinan dalam sebuah birokrasi di Indonesia, proses recruitment cukup fleksibel karena semua orang bisa mendapatkannya karena tidak perlu kualifikasi pendidikan yang tinggi atau melalui serangkaian test yang rumit. Satu-satunya kualifikasi yang wajib dimiliki adalah kemampuan berpolitik yang cakap. Contoh adalah Presiden maupun Menteri-Menteri.
Sementara itu, birokrasi Indonesia bertipe tertutup pada jabatan-jabatan yang bukan termasuk pimpinan atau pegawai biasa. Mereka yang ingin menduduki posisi ini haruslah memiliki kualifikasi pendidikan yaang tinggi dan melakukan serangkaian test untuk bisa masuk ke dalam birokrasi tersebut. Contoh yang paling sederhana adalah tes PNS.
Akan tetapi jika melihat penjelasan tipe-tipe birokrasi yang ada di atas, maka dengan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dijelaskan kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa Birokrasi di Indonesia bertipe campuran walaupun tidak sepenuhnya sama dengan penjelasan mengenai tipe biorkrasi campurang yang telah dijelaskan di atas.

  • Tipe Birokrasi dalam Reformasi Administrasi
Reformasi pada dasarnya merupakan suatu gerakan yang menjadikan administrasi sebagai instrumen yang lebih baik dalam mencapai tujuan umum masyarakat. Konsekuensinya tersedia beragam alternatif pilihan alat (instrumen) untuk mencapai tujuan tersebut. Pada negara yang sedang berkembang kebanyakan pilihan terhadap tujuan mengikuti pilihan terhadap alat yang dipakai, serta apa yang perlu disempurnakan lebih penting dari bagaimana cara menyempurnakannya. Perbaikan pendekatan dalam hal ini sangat penting dalam permulaan kegiatan reformasi administrasi. Reformasi administrasi dalam suatu birokrasi dengan tipe yang berbeda-beda maka reformasi administrasinya pun juga berbeda, antara lain :
1.      Reformasi administrasi dalam birokrasi tertutup
Struktur birokrasi tertutup dalam masyarakat sedang berkembang perlu dibuka agar tuntutan perubahan sebagai akibat logis dari perkembangan ilmiah dapat terpenuhi. Salah satu instrumen yang cocok yaitu penciptaan program baru atau penciptaan organisasi baru. Walaupun program ini dari luar tampak menopang reformasi namun realitasnya menunjukkan sebaliknya. Jika birokrasi tertutup ini diciutkan dengan reformasi administrasi, terdapat kecenderungan terjadi hilangnya fleksibilitas, sehingga birokrasi akan bertambah tertutup dan kaku.
Reformasi yang benar di negara sedang berkembang yakni yang bersifat programatik. Jadi jika pemerintah melansir suatu program substantif seperti program pertanian, ekonomi, politik, pendidikan, pembangunan masyarakat desa, dll.memobilisasikan sebagian sumber daya insani dan keuangan serta melenturkan struktur dan prosedur organisasi untuk melaksanakan program tersebut, baru kegiatan ini dapat disebut dengan reformasi administrasi. Dalam kegiatan ini para administrator, teknisi, serta golongan birokrat profesional dilibatkan untuk menyukseskan program ini.
Contohnya ketika india menjadi negara birokrasi tertutup, pembentukan korporasi publik menyebabkan india bergeser ke arah birokrasi campuran. Contoh klasik yaitu pengalaman Brazilia dengan Administrative Department of The Public Service (DASP) yang pada tahun 1940-an mengintroduksi adanya reformasi manajemen dan personalia yang dilakukan dengan kontrol yang sangat ketat. Kegfiatan ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Brownlow Committee Report dari Amerika Serikat.



2.      Reformasi administrasi dalam birokrasi terbuka
Birokrasi terbuka di negara sedang berkembang secara terus-menerus memerlukan infusi keteraturan. Selain itu juga diperlukan pengawasan dan penjagaan itu juga diperlukan pengawasan dan penjagaan. Pada tahap awal kegiatan prosedur dan struktur organisasi haruslah sederhana, karena jika tidak akan menjadi penghalang bagi reformasi berikutnya.

3.      Reformasi administrasi dalam birokrasi campuran
Pada birokrasi sedang berkembang kebanyakan sifat ketertutupannya berangsur-anggsur berubah ke terbuka dan masuk taraf birokrasi campuran. Birokrasi ini dituntut untuk terus membuka diri sembari meningkatkan efisiennya. Maka dari itu reformasi yang dibutuhkan adalah reformasi yang sifatnya programatik dan teknis. Birokrasi campuran punya kecenderungan untuk kembali ke bentuknya semula yaitu birokrasi tertutup. Karena itu pada birokrasi ini perlu dijaga dan diwaspadai agar tidak kembali ke bentuknya semula, jika ini terjadi akan meningkatkan derajat kekakuannya dan menurunkan adaptabilitas dan daya tanggapnya.

Reformasi Administrasi di Indonesia
            Sesuai dengan tipe birokrasinya, dalam melakukan reformasi administrasi juga sesperti reformasi administrasi yang telah dijelaskan di atas, yaitu reformasi administrasi pada birokrasi bertipe campuran. Seperti pada penjelasan di atas mengenai reformasi administrasi dalam birokrasi campuran, maka di Indonesiapun juga harus dilakukan langkah-langkah tersebut. Meningkatkan efisiensi kerja birokrasi merupakan kebutuhan yang utama dalam birokrasi di Indonesia. Adanya birokrasi yang terbelit-belit dan terkesan eksklusif harus sedikit dirubah menjadi lebih sederhana dan mampu berinteraksi dengan masyarakat luas. Selain itu, yang juga perlu direformasi adalah mind-set dan culture-set dari birokrat-birokratnya.

            Pertama, penigkatan kinerja harus berbanding lurus dengan peningkatan imbalan. Kedua, memperbaiki budaya kerja agar berorientasi pada pelayanan publik. Ketiga, melakukan internalisasi dan konsistensi pada proses penataan dan penjalanan pemerintahan yang baik. Dan yang menjadi pusat perhatian kami disini adalah birokrasi boleh bekerja atau dijalankan seperti swasta yang mengutamakan profesionalisme, akan tetapi orientasi dan prinsip utama yang harus dipahami dan dilakukan yaitu birokrasi merupakan pelayan publik yang harus melayani publik bukan profit oriented.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar