Senin, 24 Februari 2014

Dehumanisasi Kaum Penindas. Sebuah Bentuk Pengingkaran Terhadap Fitrah Manusia


Dehumanisasi adalah sebuah proses menuju mentidakmanusiakan manusia. Dehumanisasi merupakan anonim dari humanisasi, yaitu proses memanusiakan manusia. Mungkin kita sudah sering sekali mendengar kata humanisasi akan tetapi kata dehumanisasi jarang sekali kita dengar. Humanisasi banyak kita dengar ketika berbicara mengenai pendidikan, agama, maupun ilmu-ilmu sosial. Pada tukisan ini, kita akan bersama mengulas mengenai dehumanisasi itu sendiri khusunya pada kaum penindas. Mengapa pada kaum penindas? Hal ini dikarenakan proses dehumanisasi pada kaum tertindas yang merupakan antitesesa dari kaum tertuindas sudah banyak kita ketahui. Penindasan, penghisapan, pengkebirian hak-hak, pembatasan kebebasan merupakan bentuk dari proses dehumanisasi yang dialami oleh kaum tertindas. Bentuk-bentuk tersebut sudah banyak kita ketahui di sekitar kita. Lantas bagaimana bentuk dehumanisasi pada kaum penindas? Jawaban dari pertanyaan inilah yang akan kita ulas bersama pada tulisan ini.

Minggu, 23 Februari 2014

Modernisasi dan Westernisasi, Samakah???


            Dua istilah di atas bukanlah istilah yang asing lagi bagi kita semua. Baik dari buku, surat kabar, televisi, radio, maupun artikel-artikel yang ada di internet kita mengetahui dua istilah di atas. Modernisasi dan westernisasi memang dua istilah yang banyak sekali diperbincangkan di era globalisasi yang katanya serba modern ini. Perbincangan-perbincangan yang ada kebanyakan membicarakan hubungan, perbedaan maupun persamaan dari kedua istilah tersebut. Modernisasi dan westernisasi menjadi sesuatu yang harus kita perhatikan karena kedua istilah ini merupakan hal-hal yang belakangan ini menjadi sebuah tren bagi sebagian masyarakat kita. Kedua istilah ini juga sudah banyak mempengaruhi gaya hidup maupun pola pikir sebagian masyarakat kita. Sesuai dengan judul tulisan ini, maka fokus dari tulisan ini adalah apakah modernisasi dan westernisasi adalah dua hal yang sama, atau dua hal yang berbeda?

Selasa, 11 Februari 2014

Filosofi Semar I “Urip iku Urup”


Mungkin tulisan saya kali berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya karena tulisan saya kali ini merupakan tulisan-tulisan pendek yang merupakan bagian dari tulisan-tulisan saya selanjutnya. Sebenarnya tulisan ini merupakan bentuk review dari sebuah buku karya Deny Hermawan yang berjudul “Semar & Kentut Kesayangannya”. Sesuai judulnya, buku ini tentu saja mengulas dan membahas mengenai semar dan segudang filosofinya. Akan tetapi pada tulisan ini saya tidak akan membahas mengenai semar, tetapi pada tulisan ini saya akan membahas mengenai filosofi semar yang ada dalam buku karangan Deny Hermawan tersebut. Sebenarnya dalam buku tersebut, penulis mengemukakan 10 filosofi semar yang dapat kita pelajari. Karena sangat tidak enak jika mengulas semuanya secara bersamaan dalam satu tulisan, saya akan menulisnya satu per satu secara berkala.