SELASA, 18 November
2014, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengemukakan
bahwa pemberian uang Rp200 ribu kepada 15,6 juta keluarga miskin sudah cukup
untuk menutupi pelemahan daya beli mereka. Menurut Andrinof, angka inflasi yang
dialami rakyat miskin mencapai 4,4 persen, atau Rp150 ribu per bulan. Tanpa
ragu Menteri Andrinof menyampaikan bahwa dengan duit Rp 200 ribu itu, “Kami
bahkan memberikan lebih.” Terus terang saya terhenyak membaca pernyataan itu.
Minggu, 07 Desember 2014
Minggu, 09 November 2014
“DENGAN SEMANGAT PERLAWANAN, KITA KEMBALIKAN KEDAULATAN MAHASISWA UNTUK MENJADI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA”
Setiap tahun setiap
tanggal 10 November Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Sebuah hari
dimana kita kembali merefleksikan perjuangan-perjuangan pahlawan kita yang
telah gugur di medan perang dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia. Upacara bendera, karnaval-karnaval dengan kostum kepahlawanan serta
berbagai perayaan lain menjadi rutinitas Bangsa ini untuk memperingati Hari
Pahlawan. Apakah hanya sampai disitu? Apakah hanya dengan berdiri berbaris rapi
untuk Upacara Bendera, ataukah hanya dengan memakai kostum-kostum yang mirip
dengan pahlawan saja bentuk refleksi kita terhadap perjuangan para Pahlawan?
Jika kita adalah anak TK, SD, SMP, maupun SMA memang pantas melakukannya. Tapi
sebagai mahasiswa, apakah hanya sebatas itu kita memaknai Hari Pahlawan?? Tentu
sebagai Mahasiswa yang notabene memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi
dari masyarakat lain yang tidak memiliki kesempatan belajar yang lebih tinggi
seperti kita, harusnya Mahasiswa mampu memaknai Hari Pahlawan lebih dari sekaar
apa yang dilakukan orang lain.
Minggu, 05 Oktober 2014
Tipe Birokrasi dan Reformasi Administrasi Negara di Indonesia
Birokrasi merupakann sebuah entitas pada sebuah
negara. Secara etimologi, birokrasi merupakan berasal dari kata biro yang
berarti meja dan kratein yang berarti pemerintah. Jika disintesakan, maka
birokrasi memiliki pengertian sebuah pemerintahan yang dijalankan dari balik
meja. Artinyaa adalah dalam birokrasi semua dikendalikan oleh orang-orang yang
bekerja di meja masing-masing. Menurut Michael G.
Roskin, pengertian birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas
para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan
(to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pembuat keputusan
(decision makers). Birokrsi juga
memiliki beberapa tipe. Berikut merupakan tipe-tipe birokrasi yang dilihat dari
berbagai perspektif:
Rabu, 10 September 2014
Koalisi Permanen???
Walaupun
sudah selesai, tapi Pemilu tahun 2014 masih banyak meninggalkan cerita yang
dapat kita maknai baik sebagai pelajaran, bahan diskusi, hingga
guyonan-guyonan. Dari sekian banyak dan panjangnya cerita tentang Pemilu 2014
ini, ada satu momen yang membuat saya terkesan hingga ingin untuk membahasnya
dalam tulisan ini.
Dalam
Pemilu, koalisi adalah hal yang biasa terjadi. Seperti halnya Pemilu pada
tahun-tahun sebelumnya, koalisi selalu mewarnai kompetisi untuk menjadi yang
nomor satu di Negeri ini.
Minggu, 06 Juli 2014
“Black Campaign” Kegagalan Pendidikan Politik di Indonesia
Pengatar
9
Juli mendatang Indonesia kembali melaksanakan ritual 5 tahunannya. Ritual yang
selalu diagung-agungkan sebagai pesta demokrasi ini akan menyuguhkan
pertunjukan yang sangat menarik. Sejak dipilih
secara langsungoelh rakyat, memang Pilpres atau pemilihan Presiden tahun ini
lebih menarik. Mengapa lebuh menarik? Tentu saja ini dikarenakan hanya ada dua
pasangan calon saja yang mengikuti Pilpres. Berbeda dengan 2004 dan 2009 yang
melibatkan lebih dari dua pasanagan calon. Dua pasangan calon dianggap lebih
menarik karena akan ada head to head secara
langsung. Pasangan calon akan berhadap-hadapan secara langsung bak pertandingan
bulu tangkis ganda campuran.
Kamis, 12 Juni 2014
Negeriku I " Indonesia Negeri Revolusi"
Revolusi
adalah sebuah perubahan yang berlangsung dengan cepat. Berbeda dengan evolusi
yang lebih banyak membutuhkan waktu, revolusi biasa dilakukan dengan hanya
beberapa tahun. Ada pula yang menganggap bahwa revolusi dan reformasi sama. Pendapat
ini didasari karena kedua-duanya berlangsung dengan cepat. Memang sama-sama
berlangsung lebih cepat, akan tetapi reformasi lebih cenderung bersifat
memperbaiki dari pada merubah. Reformasi hanya mengubah sebagian dari sistem,
revolusi mengubah seluruh sistem yang ada dan menggantinya dengan sistem yang
baru.
Bukan
revolusi seperti di buku yang akan saya bahas disini, akan tetapi semangat dari
revolusilah yang akan saya bahas. Semangat revolusi yang saya maksud adalah
sebuah usaha yang bertentangan dengan hal-hal yang dianggap wajar atau benar
oleh kebanyakan orang.
Jumat, 02 Mei 2014
Cabut UKT dan Realisasikan 20% APBN untuk Pendidikan
Ekspektasi
akan terbangunnya Bangsa yan cerdas seperti amanat UUD 1945 dengan tatanan
masyarakat yang maju secarea ekonomi, politik dan kebudayaan yang tercermin
dalam penghidupan yang adil, sejahtera dan berdaulat, sampai saat ini belum bisa
terwujud. Mengapa demikian? Pertanyaan ini sebenarnya hanya bisa dijawab oleh
mereka yang kita sebut pemerintah. Pendidikan, itulah jawaban dari semuanya. Pendidikanlah
yang mampu mewujudkan ekspektasi di atas. Hanya dengan pendidikanlah Bangsa
yang cerdas dapat terwujud. Pendidikan yang seperti apa? Tentu saja pendidikan
gratis, ilmiah dan demokratis. Pendidikan yang seperti ini belumlah terjadi di
Indonesia. Kita bisa melihatnya dengan sistem pendidikan di Indonesia yang
memang ditujukan untuk mencari profit semata.
Pendidikan di Indonesia sudah menjadi sebuah komoditi yang harus diperjual belikan.
Kamis, 01 Mei 2014
Marsinah Pahlawan-Pejuang Buruh Indonesia (May day 2014)
Kamis,
1 Mei 2014 kembali seluruh Dunia khususnya para buruh merayakan Hari Buruh
Internasional yang biasa kita sebut dengan May Day. Tanggal yang memperingati
perjuangan buruh pabrik di California, Amerika dalam menuntut pengurangan jam
kerja ini kembali dirayakan dengan riang gembira dan penuh dengan aroma
perjuangan kaum buruh. Bukan hanya di Indonesia, di beberapa Negara May Day
juga diperingati oleh para buruh dengan cara mereka masing-masing. Di Indonesia,
ribuan buruh dari pelosok Jawa Timur berkumpul di Surabaya untuk merayakan May
Day. Mereka melakukan aksi dengan berjalan dari Jalan Basuki Rahmat hingga ke gedung
Grahadi di Jalan Pemuda.
Selasa, 22 April 2014
Abdi Negara atau Abdi Masyarakat?
Abdi
Negara bukanlah kat-kata yang asing terdengar ditelinga kita. Kata-kata ini
sering kali kita dengar terutama dari mulut maupun tulisan-tulisan mereka yang
bekerja di pemerintahan. Memang benar, orang-orang berseragam tersebut memang
disebut sebagai Abdi Negara, yaitu orang-orang yang melayani Negara ini. Bukan
hanya mereka yang berseragam yang ada di Kantor-kator pemerintah yang disebut
sebagai abdi Negara, akan tetapi orang-orang lain yang memang setia pada Negara
ini dan merasa telah berbuat sesuatu pada Negara juga ingin pula disebut abdi
Negara. Berdasarkan paradigma terbaru dalam Ilmu Administrasi Negara, memang
Pegawai-pegawai Pemerintahan atau istilah formalnya disebut Aparatur Negara
selalu dituntut untuk menjadi Abdi Negara, untuk menjadi pelayan Negara dan
setia bekerja pada Negara. Jadi, mahasiswa-mahasiswa Administrasi Negara atau
administrasi publik, selalu diajarkan untuk menjadi Abdi Negara. Sudah menjadi
rahasia umum juga bahwa di Indonesia, pekerjaan yang paling diminati adalah
menjadi Pegawai Negeri Sipil atau PNS. Dengan kata lain bahwa pekerjaan sebagai
Abdi Negara sangat diminati di Negeri ini.
Senin, 24 Februari 2014
Dehumanisasi Kaum Penindas. Sebuah Bentuk Pengingkaran Terhadap Fitrah Manusia
Dehumanisasi
adalah sebuah proses menuju mentidakmanusiakan manusia. Dehumanisasi merupakan
anonim dari humanisasi, yaitu proses memanusiakan manusia. Mungkin kita sudah sering
sekali mendengar kata humanisasi akan tetapi kata dehumanisasi jarang sekali
kita dengar. Humanisasi banyak kita dengar ketika berbicara mengenai
pendidikan, agama, maupun ilmu-ilmu sosial. Pada tukisan ini, kita akan bersama
mengulas mengenai dehumanisasi itu sendiri khusunya pada kaum penindas. Mengapa
pada kaum penindas? Hal ini dikarenakan proses dehumanisasi pada kaum tertindas
yang merupakan antitesesa dari kaum tertuindas sudah banyak kita ketahui.
Penindasan, penghisapan, pengkebirian hak-hak, pembatasan kebebasan merupakan
bentuk dari proses dehumanisasi yang dialami oleh kaum tertindas. Bentuk-bentuk
tersebut sudah banyak kita ketahui di sekitar kita. Lantas bagaimana bentuk
dehumanisasi pada kaum penindas? Jawaban dari pertanyaan inilah yang akan kita
ulas bersama pada tulisan ini.
Minggu, 23 Februari 2014
Modernisasi dan Westernisasi, Samakah???
Dua istilah di atas bukanlah istilah
yang asing lagi bagi kita semua. Baik dari buku, surat kabar, televisi, radio,
maupun artikel-artikel yang ada di internet kita mengetahui dua istilah di
atas. Modernisasi dan westernisasi memang dua istilah yang banyak sekali
diperbincangkan di era globalisasi yang katanya serba modern ini.
Perbincangan-perbincangan yang ada kebanyakan membicarakan hubungan, perbedaan
maupun persamaan dari kedua istilah tersebut. Modernisasi dan westernisasi
menjadi sesuatu yang harus kita perhatikan karena kedua istilah ini merupakan
hal-hal yang belakangan ini menjadi sebuah tren bagi sebagian masyarakat kita.
Kedua istilah ini juga sudah banyak mempengaruhi gaya hidup maupun pola pikir
sebagian masyarakat kita. Sesuai dengan judul tulisan ini, maka fokus dari
tulisan ini adalah apakah modernisasi dan westernisasi adalah dua hal yang
sama, atau dua hal yang berbeda?
Selasa, 11 Februari 2014
Filosofi Semar I “Urip iku Urup”
Mungkin
tulisan saya kali berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya karena tulisan
saya kali ini merupakan tulisan-tulisan pendek yang merupakan bagian dari
tulisan-tulisan saya selanjutnya. Sebenarnya tulisan ini merupakan bentuk review dari sebuah buku karya Deny
Hermawan yang berjudul “Semar & Kentut Kesayangannya”. Sesuai judulnya,
buku ini tentu saja mengulas dan membahas mengenai semar dan segudang
filosofinya. Akan tetapi pada tulisan ini saya tidak akan membahas mengenai
semar, tetapi pada tulisan ini saya akan membahas mengenai filosofi semar yang
ada dalam buku karangan Deny Hermawan tersebut. Sebenarnya dalam buku tersebut,
penulis mengemukakan 10 filosofi semar yang dapat kita pelajari. Karena sangat
tidak enak jika mengulas semuanya secara bersamaan dalam satu tulisan, saya
akan menulisnya satu per satu secara berkala.
Minggu, 12 Januari 2014
“Protes” Sebagai Bentuk Kontrol Mahasiswa
Kali
ini saya akan mencoba kembali membahas mengenai mahasiswa dan segudang
dinamisasinya. Seperti halnya tulisan saya sebelumnya, bahwa mahasiswa bukan
hanya sekedar pelajar yang hanya belajar saja, akan tetapi mahasiswa juga
mempunyai fungsi dan tugas yang berbagai macam. Pada tulisan sebelumnya saya
sudah mengulas mengenai fungsi mahasiswa sebagai pembawa perubahan atau agent of change. Pada tulisan ini, sesuai judul saya akan
mencoba untuk mengulas mengenai fungsi mahasiswa sebagai social control.
Bukan
hal yang aneh jika banyak mahasiswa turun aksi kejalanan untuk menyuarakan
aspirasinya. Bukan hal yang aneh jika banyak mahasiswa melakukan aksi bagi-bagi
bunga atau hanya sekedar diam dengan membawa beberapa poster dengan tulisan
dipinggir jalan atau lampu lalu lintas. Bukan hal yang aneh pula jika ada
mahasiswa melakukan teatrikal pada momentum-momentum tertentu seperti
peringatan hari-hari besar. Itu semua
dilakukan oleh mahasiswa hanya dengan satu tujuan,yaitu melakukan “protes”
terhadap kondisi yang ada di masyarakat hari ini.
Langganan:
Postingan (Atom)