Selasa, 24 Desember 2013

Ketika Idealisme Menjadi Egoisme. Sebuah Ironi dalam Cara Berpikir Manusia


Idealisme dan egoisme bukanlah kata yang asing bagi kita. Dalam keidupan kita sehari-hari, kita sering sekali mengucapkan kata-kata tersebut. Kata idealisme biasa kita ucapkan ketika ada seseorang yang dengan kuat mempertaankan argumentasinya atau memiliki suatu pemikiran yang kuat. Lebih tapatnya kita menyebut orang tersbut dengan julukan “idealis” yang menrupakan penggambaran orang yang memiuliki sebuah idealisme. Idealisme sendiri berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato). Secara sederhana, kita daoat mengartikan idealisme merupakan sebuah cara berpikir yang berpangku pada ide-ide dan kurang memperhatikan kondisi material dari suatu objek. Atau yang lebih sederhhana lagi, idealisme merupakan suatu pemikiran yang kuat.
Sedangkan egoisme banyak kita ucapkan ketika ada seseorang yang begitu mementingkan dirinya sendiri hingga melupakan orang lain ang ada di sekitarnya. Mungkin kalimat “yang penting saya untung” bisa kita gunakan sebagai analogi utuk menjelaskan egoisme itu sendiri. Secara epistemologi, Istilah "egoisme" berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang berarti "Diri" atau "Saya", dan isme
yang digunakan untuk menunjukkan filsafat atau paham.
Lantas yang menjadi pertanyaan disini adalah Apa hubungan antara “idealisme” dengan “egoisme”? Jika kita menelaah kedua istilah di atas,  maka kita dapat menarik sebuah persamaan. Persamaan yang paling menonjol adalah bahwa kedua istilah tersebut sangat erat kaitannya dengan subjektivitas. Idealisme dan egoisme sama-sama berdasarkan subjektivitas berpikirnya. Sama-sama ingin menonjolkan dirinya sendiri. Seorang “idealis” sangatlah kuat dalam mempertaankan pemikirannya, begitu pula dengan seorang “egois” yang dengan kuat mempertahankan dirinya. Jadi, keduanya sama-sama ingin dirinya sendiri “menang”.
Setelah kita mengetahui persamaan dari “idealisme” dan “egoisme”, pertanyaan selanjutnya adalah Apakah kedua hal tersebut adalah hal yang benar-benar sama? Apakah wajar antara “idealime” dan “egoisme” disejajarkan? Walaupun memili persamaan, akan tetapi kedua hal tersebut juga memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Perbedaan yang paling besar adalah dalam mengungkapkan alasan mengapa dia memili “sesuatu”. Seorang “idealis” dalam memilih sesuatu pasti memiliki alasan-alasan yang logis, alasan-alasan yang ilmiah. Jadi, dalam menentukan sesuatu dia tidak sembarang memilihh, tetapi dipikirkan terlebih dahulu dengan teori-teori yang ada dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika memilih sesuatu tersebut. Sedangkan seorang “egois” dalam memilih sesuatu biasanya tanpa emiliki alasan atau argumen yang jelas. Seorang “egois” hanya memikirkan yang penting dia untung yang penting dia tidak rugi. “ya terserah aku” merupakan kalimat yang biasa muncul dari seorang “egois”.
Jika kita menjadi seorang “idealis”, kita akan mampu memiliki cara berpikir yang kuat dan ilmiah. Seorang idealis akan mampu menjelaskan dan menyikapi suatu keadaan dengan baik karena berdasarkan pada azas ilmiah dan logika yang dia miliki. Seorang idealis biasanya tidak akan mudah dipengaruhi orang lain. Seorang idealis juga bisanya mempunyai kepekaan yang tinggi teradap lingkungannya. Jika ada seorang yang tidak peka teradap lingkungannya dan menyebut dirinya memiliki idealisme yang berbeda dengan apa yang ada di lingkungannya, maka dia bukanla seorang idealis, melainkan seorang egois. Mengapa demikian? Al ini dikarenakan seorang idealis menggunakan logikanya dalam berpikir. Berbeda dengan soeran egois yang menggunakan “perasaan”nya saja dalam berpikir. Dan inila yang juga membedakan antara “idealisme” dan “egoisme” yaitu idealis lebih banyak menggunakan akal pikirannya dan egois lebih banyak menggunakan perasaannya.
Bayangkan jika sebuahh negara dipimpin oleh seseorang yang menganut “egoisme”. Apa yang kan terjadi pada negara tersebut? Mungkin Negara tersebut akan menjadi Negara perasaan. Mungkin yang akan muncul adalah tirani. Ole karena itula dalam artikel ini saya membahas mengenai idealisme dan egoisme. Hal ini dikarenakan banyak orang disekitar kita terutama pemimpin-pemimpin kita yang menyebut dirinya “pemerintah” tidak mampu membedakan antara idealisme dan egoisme. Sehinggan yang terjadi adalah iedalisme yang semula mereka pegan dan dijadikan cara berpikir, telah beruba menjadi egoisme berpikir. Bukankah hal ini akan menjadi sebuahh ironi bagi Bangsa ini? Setelah kita ketahui bagaimana berbahayanya ketika seseorang lebih banyak menggunakan egoisme dalam berpikir. Akan tetapi kita juga tidak boleh terlalu terpaku pada idealisme berpikir kita sehingga kita melupakan hal-hal lain serta perubahan-perubahan yang ada di sekitar kita. Kita harus menjadi manusia yang mampu menggunakan lgika dan senantiasa berdialektika dalam setiap langka yang akan kita ambil.
Semoga bermanfaat....
MERDEKA !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar