Idealisme dan egoisme bukanlah kata yang asing bagi kita. Dalam keidupan
kita sehari-hari, kita sering sekali mengucapkan kata-kata tersebut. Kata idealisme
biasa kita ucapkan ketika ada seseorang yang dengan kuat mempertaankan
argumentasinya atau memiliki suatu pemikiran yang kuat. Lebih tapatnya kita
menyebut orang tersbut dengan julukan “idealis” yang menrupakan penggambaran
orang yang memiuliki sebuah idealisme. Idealisme sendiri berasal dari kata ide
yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato). Secara sederhana, kita daoat
mengartikan idealisme merupakan sebuah cara berpikir yang berpangku pada
ide-ide dan kurang memperhatikan kondisi material dari suatu objek. Atau yang
lebih sederhhana lagi, idealisme merupakan suatu pemikiran yang kuat.
Sedangkan egoisme banyak kita ucapkan ketika ada seseorang yang
begitu mementingkan dirinya sendiri hingga melupakan orang lain ang ada di
sekitarnya. Mungkin kalimat “yang penting saya untung” bisa kita gunakan
sebagai analogi utuk menjelaskan egoisme itu sendiri. Secara epistemologi, Istilah
"egoisme"
berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang berarti "Diri" atau "Saya",
dan isme
yang digunakan untuk menunjukkan
filsafat atau paham.
Lantas yang menjadi pertanyaan disini adalah Apa hubungan antara “idealisme”
dengan “egoisme”? Jika kita menelaah kedua istilah di atas, maka kita dapat menarik sebuah persamaan. Persamaan
yang paling menonjol adalah bahwa kedua istilah tersebut sangat erat kaitannya
dengan subjektivitas. Idealisme dan egoisme sama-sama berdasarkan subjektivitas
berpikirnya. Sama-sama ingin menonjolkan dirinya sendiri. Seorang “idealis”
sangatlah kuat dalam mempertaankan pemikirannya, begitu pula dengan seorang “egois”
yang dengan kuat mempertahankan dirinya. Jadi, keduanya sama-sama ingin dirinya
sendiri “menang”.
Setelah kita mengetahui persamaan dari “idealisme” dan “egoisme”, pertanyaan
selanjutnya adalah Apakah kedua hal tersebut adalah hal yang benar-benar sama? Apakah
wajar antara “idealime” dan “egoisme” disejajarkan? Walaupun memili persamaan,
akan tetapi kedua hal tersebut juga memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Perbedaan
yang paling besar adalah dalam mengungkapkan alasan mengapa dia memili “sesuatu”.
Seorang “idealis” dalam memilih sesuatu pasti memiliki alasan-alasan yang logis,
alasan-alasan yang ilmiah. Jadi, dalam menentukan sesuatu dia tidak sembarang memilihh,
tetapi dipikirkan terlebih dahulu dengan teori-teori yang ada dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika memilih sesuatu tersebut. Sedangkan
seorang “egois” dalam memilih sesuatu biasanya tanpa emiliki alasan atau
argumen yang jelas. Seorang “egois” hanya memikirkan yang penting dia untung
yang penting dia tidak rugi. “ya terserah aku” merupakan kalimat yang biasa
muncul dari seorang “egois”.
Jika kita menjadi seorang “idealis”, kita akan mampu memiliki cara
berpikir yang kuat dan ilmiah. Seorang idealis akan mampu menjelaskan dan
menyikapi suatu keadaan dengan baik karena berdasarkan pada azas ilmiah dan
logika yang dia miliki. Seorang idealis biasanya tidak akan mudah dipengaruhi
orang lain. Seorang idealis juga bisanya mempunyai kepekaan yang tinggi teradap
lingkungannya. Jika ada seorang yang tidak peka teradap lingkungannya dan
menyebut dirinya memiliki idealisme yang berbeda dengan apa yang ada di
lingkungannya, maka dia bukanla seorang idealis, melainkan seorang egois. Mengapa
demikian? Al ini dikarenakan seorang idealis menggunakan logikanya dalam
berpikir. Berbeda dengan soeran egois yang menggunakan “perasaan”nya saja dalam
berpikir. Dan inila yang juga membedakan antara “idealisme” dan “egoisme” yaitu
idealis lebih banyak menggunakan akal pikirannya dan egois lebih banyak
menggunakan perasaannya.
Bayangkan jika sebuahh negara dipimpin oleh seseorang yang menganut
“egoisme”. Apa yang kan terjadi pada negara tersebut? Mungkin Negara tersebut
akan menjadi Negara perasaan. Mungkin yang akan muncul adalah tirani. Ole karena
itula dalam artikel ini saya membahas mengenai idealisme dan egoisme. Hal ini
dikarenakan banyak orang disekitar kita terutama pemimpin-pemimpin kita yang
menyebut dirinya “pemerintah” tidak mampu membedakan antara idealisme dan
egoisme. Sehinggan yang terjadi adalah iedalisme yang semula mereka pegan dan
dijadikan cara berpikir, telah beruba menjadi egoisme berpikir. Bukankah hal
ini akan menjadi sebuahh ironi bagi Bangsa ini? Setelah kita ketahui bagaimana
berbahayanya ketika seseorang lebih banyak menggunakan egoisme dalam berpikir. Akan
tetapi kita juga tidak boleh terlalu terpaku pada idealisme berpikir kita
sehingga kita melupakan hal-hal lain serta perubahan-perubahan yang ada di
sekitar kita. Kita harus menjadi manusia yang mampu menggunakan lgika dan
senantiasa berdialektika dalam setiap langka yang akan kita ambil.
Semoga bermanfaat....
MERDEKA !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar