Selasa, 03 Desember 2013

Mahasiswa Sebagai Agent of Change, Mitos????


                Sebagai seorang mahasiswa baik yang masih baru maupun yang sudah lama, istilah Agent of Change bukanlah hal yang asing bagi kita semua. Mulai dari pertama kali mengikuti PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) yang dilakukan oleh Kakak-kakak BEM maupun HIMA sudah sering sekali menyampaikan istilah ini kepada kita. Bahkan setelah lama menjadi mahasiswa, istilah ini juga masih melekat dalam benak kita semua, terutama bagi kawan-kawan mahasiswa yang aktif dalam organisasi yang kebanyakan orang menyebutnya Aktivis.
                Secara harfiah istilah Agent of Change berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Pembawa Perubahan”. Dengan demikian dapat kita asumsikan bahwa mahasiswa merupakan pembawa perubahan. Perubahan yang dimaksud merupakan perubahan pada kondisi lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada, bisa di Kampus, tempat kos, maupun lingkungan yang ada di rumah masing-masing. Memang secara harfiah tidak dijelaskan perubahan apa yang diinginkan, apakah perubahan yang bersifat konstruktif, maupun yang bersifat destruktif.
                Sampai saat ini sekitar satu tahun lebih tiga bulanan sejak saya mendengar istilah ini, saya belum tahu siapa yang pertama kali mencetuskan Agent of Change ini.
Setelah beberapa kali browsing dan membaca buku mengenai sejarah gerakan mahasiswapun saya belum menemukan orang yang pertama kali mencetuskan istilah yang banyak menginspirasi mahasiswa-mahasiswa baru untuk ikut aktif dalam menjalankan perannya sebagai mahasiswa. Dari beberapa situs mapun buku yang saya baca, tidak ada satupun yang menjelaskan siapa orangnya, kebanyakan hanya menjelaskan konten beserta maksudnya saja tanpa menulis tokohnya.
                Terlepas dari itu semua, yang menjadi titik berat dalam tulisan saya kali ini adalah mengenai uji kebenaran apakah sudah selayaknya mahasiswa mengemban hal yang sebesar ini? Dari beberapa sumber dengan argumentasi bahwa mahasiswa merupakan kelompok masyarakat yang cerdas dan memiliki wawasan luas dengan gagasan-gagasan yang ilmiah, maka Agent of Change  memang layak diberikan kepada mahasiswa. Bahkan Bung Karno, dalam salah satu tulisannya pernah mengatakan bahwa revolusi selalu diawali oleh kaum intelektual. Kaum intelektual yang dimaksud tentu saja tidak terlepas dengan yang mnamanya mahasiswa. Dari  kebangkitan nasional yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo, Sumpah Pemuda, hinggan Proklamasi kemerdekaan tidak pernah terlepas dari peran sarjana-sarjana muda dan mahasiswa atau kaum inteelktual tersebut. Dan kita tidak bisa memungkiri bahwa gelar Agent of Change memang sangatlah pas bagi mahasiswa dibendingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
                Beberapa waktu lalu, ada salah seorang teman yang berkata bahwa “apakah mahasiswa sudah menjalankan perannya sebagai Agent of Change? Kalau memang sudah ya syukurlah, tapi kalau belum berarti gelar Agent of Change bagi mahasiswa hanyalah mitos.” Pertanyaan dan penyataan teman saya tadi sontak menampar benak saya dan membuat saya kembali bertanya mengenai hal tersebut. Hal ini diperkuat dengan kondisi mahasiswa saat ini yang hanya terjebak dengan nilai-nilai pragmatisme. Memang kebutuhan saat ini kita mahasiswa dituntut untuk sesegera mungkin lulus, akan tetapi saya rasa hal tersebut tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk lupa peran kita sebagai Agent of Change. Walaupun tidak jelas asal-usulnya, tapi paling tidak peran sebagai Agent of Change ini kita laksanakan. Janganlah seakan-akan kita tidak melihat kondisi masayarakat yang ada di sekitar kita. Janganlah kita menjadi egois dan angkuh dengan melupakan mereka yang kian hari kian tertindas. Kita tidak boleh hanya diam dengan segala kemampuan dan upaya yang kita miliki dan bisa kita lakukan sebagai seorang mahasiswa.
                Samapai hari inipun saya masih bingung siapa yang salah? Tapi terlepas dari itu semua, kita harus mulai bangkit dari sikap engkuh dan egois kita. Kita tidak boleh lupa dengan peran dan gelar agung kita sebagai mahasiswa yang merupakan Agent of Change. Kita harus tunjukan kepada lingkungan kita bahwa mahasiswa sebagai Agent of Change bukanlah “mitos”. Kita harus menunjukkan bahwa kita memang pantas dengan gekar tersebut. Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah kita tidak boleh terjebak dengansimbol-simbol dan gelar kita. Yang harus lebih kita tekankan adalah praktik dan implementasi kita, bukan hanya menyombongkan simbol-simbol saja. Terima kasih...... Semoga bermanfaat..........

MERDEKA !!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar