“Harga Selangit Rakyat Menjerit”,
begitulah bunyi beberapa headline surat
kabar maupun beberapa berita di stasiun televisi swasta negeri ini pada awal
Ramadhan. Kenaikan harga tengah menjadi topik hangat perbincangan mungkin
terjadi di hampir semua forum diskusi yang ada di kolong negeri ini. Dari mulai
harga bawang sampai dengan daging sapi, semua naik setinggi langit. Memang pada
awal Ramadhan kenaikan harga selalu terjadi dalam beberapa tahun belakangan,
akan tetapi pad tahun ini, kenaikan harga tersebut sangatlah tidak wajar. Bahkan
ada yang mengatakan bahwa harga-harga tersebut bukan hanya naik, malainkan
telah ganti harga. Naiknya harga BBM juga semakin memeperparah keadaan ekonomi
rakyat negeri ini ditambah lagi kebutuhan Ramadhan cukup tinggi dan menjelang
tahun ajaran baru bagi siswa sekolah. Hal ini semakin menambah penderitaan
rakyat negeri ini apalagi pada masyarakat kelas bawah.
Beberapa
faktor telah diindikasi sebagai penyebab adanya lonjakan harga sembako yang
tinggi ini. Faktor-faktor tersebut diantaranya kenaikan harga BBM, anomali
cuaca yang tidak menentu, hingga buruknya infrastruktur penunjang distribusi
barang. Namun dibalik itu semua, ada kenaikan harga pangan tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah itu sendiri. Ketika dalam sebuah forum diskusi, salah
satu
staf kepresidenan mengatakan bahwa pemerintah sudah tidak bisa mengendalikan
harga pengan lagi kecuali beras. Sehingga bisa dikatakan bahwa pemerintah sudah
melemparkan harga kepada pasar bebas. Bahkan yang lebih parah lagi adalah pemerintah
tidak memberikan patokan penjualan yang biasanya berupa Harga Pokok Penjualan (HPP)
kepada para produsen. Jadi, tidak heran jika harga sembako yang selangit ini
tidak akan turun karena produsen bisa dengan bebas menentukan HPP sebuah
berang.
Australia
yang merupakan Negara Neolib saja masih mengndalikan harga sembako di
negaranya. Jadi, mereka tidak melemparkan harga sembako kepada pasar bebas
seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia yang notebene bukan merupakan
negara neolib. Dari sisni mulailah muncul adanya dugaan bahwa pemerintah hendak
meliberalisasikan ekonomi yang merupakan sektor vital dalam kehidupan Berbangsa
dan Bernegara. Dan yang menjadi ironi adalah liberalisasi yang dilakukan
pemerintah tersebut telah gagal untuk mnjadikan Bangsa ini lebih sejahtera. Dan
yeng terjadi malah sebaliknya, yaitu kesengsaraan dan krisis pangan. Jika demikian
yang terjadi apakah mereka masih akan “ngeyel” dengan liberalisasinya???? Jika mereka
masih “ngeyel” ya SUNGGUH TERLALU.... Semoga bermanfaat.....
MERDEKA !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar